Rabu, 24 September 2008

"Dirimu Adalah Belahan Jiwaku Sayangku"


Pada awal pertemuan dengan dirimu. Rasa cinta yang kurasakan saat itu tidaklah semanis yang kurasakan saat ini. Dulu yang kurasakan saat berdekatan denganmu adalah detakan jantung yang membuat darah ini mendidih. Ingin rasanya tangan ini meremas tanganmu, badan ini memeluk tubuhmu dan bibir ini mencium keningmu. Namun yang kurasakan dalam hati kecilku rasa ketakutan dan keberanian yang saling tarik menarik untuk mendekati dan sekaligus menjauhi keinginan itu.

Setelah ikatan suci disahkan, yang kurasakan saat berdekatan denganmu adalah kesejukan yang meresapi seluruh jiwa dan ragaku. Saat meremas tanganmu, tanganku terasa memegang intan permata yang tak ada duanya di alam semesta ini. Saat memeluk tubuhmu, jiwaku terasa menyatu dengan jiwamu menjadi suatu jiwa yang utuh dan sempurna. Saat mencium keningmu, bibirku terasa mencicipi air talaga surga yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Hati kecilku merasakan kebahagiaan surga dunia yang menggetarkan setiap sel ragaku.

Saat aku berada di tempat yang jauh dan merasakan kerinduan pada dirimu, maka aku langsung menelponmu. Dan pada saat yang bersamaan dirimupun merasakan yang sama sehingga kerinduan itu menyatu menjadi sebuah keutuhan yang sempurna. Ini kurasakan bahwa ada suatu ikatan batin yang menyatu antara kita. Aku merasakan sebuah komunikasi getaran jiwa di antara kita.

Saat aku dan dirimu bersama kembali, yang kurasakan adalah kedamaian yang meresap dalam seluruh jiwaku. Semua rasa resah dan gelisah terus tercurahkan dengan bebasnya pada dirimu. Saat dirimu menangis untuk mencurahkan rasa sedihmu, diriku merasa bagai seorang kesatria yang selalu siap menghiburmu sehingga kesedihanmupun berubah menjadi canda yang menghangatkan dunia kita.

Begitu pula pada saat diriku merasakan uneg-uneg yang luar biasa pada lingkungan kerjaku. Akupun mencurahkannya pada dirimu sehingga yang kurasakan adalah perubahan dari hati yang gelisah menjadi hati yang damai. Itulah nikmatnya berada disisimu belahan jiwaku.
Gantira, Jakarta