Jumat, 02 Juni 2006

Maafkan Aku Istriku



Setelah aku banyak membaca sejarah, cerita, kisah, pola pikir, perasaan, hati, surat kabar, serta semua yang berhubungan dengan kaumku dan kaummu. Ternyata jauh lebih banyak kaummu yang tersakiti oleh kaumku dibandingkan kaumku yang tersakiti oleh kaummu.


Setelah aku banyak membaca sejarah sebelum agamaku datang, begitu banyak kaummu yang dilecehkan oleh kaumku. Bila kaummu baru melahirkan kaummu, maka dengan entengnya kaumku mengubur kaummu. Kaumku saat itu merasa malu dengan hadirnya kaummu di antara kaumku, padahal karena jasa kaummulah kaumku bisa terlahir di dunia ini.


Setelah aku banyak membaca cerita kaumku yang dilahirkan oleh kaummu, begitu banyak kaumku yang menghianati kaummu. Padahal awalnya kaummu dengan rasa sayang yang luar biasa membesarkan kaumku. Kaummu dengan sayangnya menyusui kaumku yang masih bayi yang hanya baru bisa menangis. Namun saat kaumku telah menginjak besar dan mandiri, kaumku dengan sombongnya melupakan jasa-jasa kaummu.


Setelah aku banyak membaca kisah cinta antara kaumku dan kaummu, begitu banyak hati kaummu yang disakiti oleh kaumku. Mula-mula kaumku dengan perjuangan yang begitu hebat berusaha mendapatkan hati kaummu yang terus menerus menolak hati kaumku. Namun saat hati kaummu luluh dan mencintai hati kaumku, maka dengan seenaknya kaumku meninggalkan kaummu. Sehingga akhirnya banyak dari kaummu yang memutuskan untuk sendiri seumur hidupnya karena rasa sakit yang luar biasa akibat dari perbuatan kaumku.


Setelah aku banyak membaca pola pikir kaumku dan kaummu, begitu banyak kaummu yang memilih kaumku semata-mata hanya karena cinta kaummu pada kaumku. Padahal kaumku tidaklah terlalu tampan, tidaklah terlalu pintar, tidaklah terlalu kaya, tidaklah terlalu hebat. Kaummu memilih kaumku hanya karena rayuan gombal dari kaumku yang pandai mengobral janji-janji kosong. Namun saat didalam badan kaummu berisi sesuatu yang berasal dari kaumku. Kaumku dengan pola pikirnya yang so’ rasional begitu mudahnya dia lari dari tanggung jawab yang tidak menguntungkan ke so’ rasionalannya, sehingga kaummu menahan rasa malu yang luar biasa sendirian dihadapan orang-orang yang senantiasa menghina kaummu.


Setelah aku banyak membaca perasaan kaumku saat belum dikaruniai darah dagingnya, kaumku dengan enaknya menyalahkan kaummu. Kaumku tanpa ijin dari kaummu menikah lagi untuk menenangkan perasaan kaumku, padahal saat itupun perasaan kaummu benar-benar menderita bahkan bisa jadi kekurangan itu berada pada kaumku. Namun kaumku dengan gengsi yang sangat tinggi tidak mau mengakui kekurangan yang bisa saja ada pada diri kaumku.


Setelah aku banyak membaca hati kaumku yang telah mendapatkan dari hasil perjuanganmu yang menahan rasa sakit yang luar biasa disaat-saat darah daging kaumku lahir dari perut kaummu. Dengan mudahnya sebagian besar cinta hati kaumku beralih ke darah daging kaumku sehingga hati kaummu mulai terabaikan oleh kaumku, padahal kaummulah yang jauh lebih berjasa dalam melahirkan hati kebahagiaan kaumku.


Setelah aku banyak membaca surat kabar mengenai kaumku dan kaummu, begitu banyak kaummu yang teraniaya oleh kaumku. Kaummu dicaci maki, ditampar, ditendang, bahkan banyak dari kaummu yang dibunuh oleh kaumku, padahal pengorbanan yang telah kaummu lakukan pada kaumku begitu besar. Namun kaumku dengan so’ berkuasanya memaparkan pengorbanannya yang tidak seberapa banyak dibanding pengorbanan kaummu pada kaumku.


Setelah aku banyak membaca kaumku yang menikahi banyak kaummu, aku melihat mereka merasa diri suci mengikuti sunnah nabiku. Padahal nabiku menikahi kaummu semata-mata hanya untuk menolong kaummu yang sudah tua, menderita dan sengsara yang tidak mungkin kaumku mau menikahinya. Kaumku saat ini banyak menikahi lebih dari satu dari kaummu yang semata-mata hanya karena kecantikan dari kaummu.


Setelah aku banyak membaca masa di kehidupan nanti bahwa kaummu di neraka nampak lebih banyak dibandingkan kaumku. Kaumku dengan sombongnya menganggap diri lebih suci dibandingkan kaummu. Padahal bisa saja di surgapun kaummu jauh lebih banyak dibandingkan kaumku karena berdasarkan logikaku, saat ini kaummu yang hidup didunia jauh lebih banyak dibandingkan kaumku.


Setelah aku banyak membaca agamaku mengenai kaummu, ternyata kedudukanmu begitu dimuliakan oleh agamaku. Agamaku mengharuskan kaumku menghormati dan menyayangi kaummu yang telah melahirkan kaumku dan kaummu. Agamaku menempatkan kaummu sebagai tiang negara kaumku dan kaummu. Do’a dari kaummu sangat didengar oleh Tuhanku saat kaummu mendoakan kaumku dan kaummu yang telah lahir dari kaummu. Kaummu diakhirat kelak bisa menarik kaumku dari dalam surga ke dalam neraka dan bisa juga menarik kaumku dari dalam neraka ke dalam surga. Ternyata kaummu begitu mulianya di pandangan agamaku.


Setelah aku banyak merenungi semua mengenai kaumku dan kaummu. Aku semakin merasa malu atas tindakan so’ jago, so’ berwibawa, so’ berjasa, so’ pintar, so’ suci, so’ pahlawan dan so’so’ lainnya dari kaumku terhadap kaummu. Sebagai rasa penebus maluku pada kaummu, aku berjanji akan senantiasa membimbing, menyayangi, mencintai, melindungi, menghormati, dan mencurahkan cintaku padamu istriku.


Maafkan aku istriku jika pengorbananku pada dirimu masih tetap jauh di bawah pengorbananmu pada diriku. Namun aku akan terus berusaha sepenuh hatiku agar pengorbananku setara dengan pengorbananmu. Aku sungguh sangat mencintaimu istriku.


(Gantira- Wollongong Australia)