Sabtu, 07 Oktober 2006

“Bidadariku”

Bidadariku…
Ketika sedikit rizqi mendatangi kita dan membuat hati kita tenang, dirimu tersenyum penuh kebahagiaan lalu bibir manismu mengucapkan rasa syukur pada-Nya. Namun saat setumpuk uang mendatangi kita namun membuat hati kita bimbang, dirimu terdiam penuh kesedihan lalu bibirmu berucap “kenapa uang ini datang pada kita?”

Bidadariku…
Sebelum kita menutup mata, dirimu dan diriku bercanda serta bercerita tentang kehidupan yang baru kita temui, kita mencoba mengambil pelajaran untuk kehidupan selanjutnya. Begitu pula pada saat mata kita terbuka kembali, dirimu dan diriku bercerita tentang kehidupan yang baru kita alami, kita mencoba mengambil hikmah untuk kehidupan pada saat mata kita terbuka

Bidadariku…
Kita menganggap bahwa di alam fana ini ada dua kehidupan, kehidupan pada saat mata tertutup dan kehidupan pada saat mata terbuka. Bila kehidupan pada saat mata kita tertutup menyenangkan hati kita, kita berharap agar kehidupan itu terulang kembali pada saat mata kita terbuka. Namun bila kehidupan itu menyengsarakan hati kita, kita berharap bisa memperbaikinya pada saat mata kita terbuka

Bidadariku….
Kehidupan yang sangat membahagiakan diriku, pada saat dirimu bercerita tentang kehidupan dimana aku telah membuat kejutan yang sangat membahagiakan dirimu. Dirimu melihat wajahmu dan wajahku tidak seperti kita saat ini namun dirimu merasa bahwa hati kita memiliki wajah itu. Lalu aku mengajakmu ke sebuah istana yang sangat mewah melebihi kemewahan istana ratu inggris lalu aku tuntun dirimu menaiki tangga yang bertingkat-tingkat namun tidak melelahkan kakimu. Dirimu melihat disamping istana itu ditanami bunga-bunga yang sangat indah melebihi keindahan bunga-bunga yang pernah dirimu lihat, lalu diriku berucap ”ini semua milikmu sayangku”

Bidadariku…
Mendengar cerita kehidupan di saat matamu tertutup, aku terdiam penuh kebahagiaan namun aku tak bisa berjanji dapat mewujudkannya pada saat mata kita terbuka

Bidadariku..
Dirimu adalah bidadariku yang membuatku bahagia di dunia ini namun diriku berharap dan berdoa kepada Tuhanku agar dirimupun bisa menjadi bidadariku di kehidupan nanti

Bidadariku…
Aku sangat mencintaimu

Gantira-Jakarta,

Jumat, 06 Oktober 2006

Kebahagiaanku


Bila kutatap matamu,
Aku semakin mencintaimu sayangku

Bila kucium keningmu
Hatiku semakin menyayangimu cintaku

Bila ku bercanda denganmu
Jantungku semakin berdetak bidadariku

Bila kumelihat senyumanmu
Dadaku semakin menggebu permataku

Bila dirimu merebah dipangkuanku
Batinku makin tenang permainsuriku

Bila kumerasakan kebahagiaan hatimu
Jiwaku makin berguncang penuh kebanggaan matahariku

Apapapun yang membuat dirimu bahagia
Diriku akan selalu mendukungmu sayangku

Aku melakukan semua itu
Karena aku semakin bahagia bila hatimu bahagia

(Gantira, Jakarta)

Jumat, 02 Juni 2006

Maafkan Aku Istriku



Setelah aku banyak membaca sejarah, cerita, kisah, pola pikir, perasaan, hati, surat kabar, serta semua yang berhubungan dengan kaumku dan kaummu. Ternyata jauh lebih banyak kaummu yang tersakiti oleh kaumku dibandingkan kaumku yang tersakiti oleh kaummu.


Setelah aku banyak membaca sejarah sebelum agamaku datang, begitu banyak kaummu yang dilecehkan oleh kaumku. Bila kaummu baru melahirkan kaummu, maka dengan entengnya kaumku mengubur kaummu. Kaumku saat itu merasa malu dengan hadirnya kaummu di antara kaumku, padahal karena jasa kaummulah kaumku bisa terlahir di dunia ini.


Setelah aku banyak membaca cerita kaumku yang dilahirkan oleh kaummu, begitu banyak kaumku yang menghianati kaummu. Padahal awalnya kaummu dengan rasa sayang yang luar biasa membesarkan kaumku. Kaummu dengan sayangnya menyusui kaumku yang masih bayi yang hanya baru bisa menangis. Namun saat kaumku telah menginjak besar dan mandiri, kaumku dengan sombongnya melupakan jasa-jasa kaummu.


Setelah aku banyak membaca kisah cinta antara kaumku dan kaummu, begitu banyak hati kaummu yang disakiti oleh kaumku. Mula-mula kaumku dengan perjuangan yang begitu hebat berusaha mendapatkan hati kaummu yang terus menerus menolak hati kaumku. Namun saat hati kaummu luluh dan mencintai hati kaumku, maka dengan seenaknya kaumku meninggalkan kaummu. Sehingga akhirnya banyak dari kaummu yang memutuskan untuk sendiri seumur hidupnya karena rasa sakit yang luar biasa akibat dari perbuatan kaumku.


Setelah aku banyak membaca pola pikir kaumku dan kaummu, begitu banyak kaummu yang memilih kaumku semata-mata hanya karena cinta kaummu pada kaumku. Padahal kaumku tidaklah terlalu tampan, tidaklah terlalu pintar, tidaklah terlalu kaya, tidaklah terlalu hebat. Kaummu memilih kaumku hanya karena rayuan gombal dari kaumku yang pandai mengobral janji-janji kosong. Namun saat didalam badan kaummu berisi sesuatu yang berasal dari kaumku. Kaumku dengan pola pikirnya yang so’ rasional begitu mudahnya dia lari dari tanggung jawab yang tidak menguntungkan ke so’ rasionalannya, sehingga kaummu menahan rasa malu yang luar biasa sendirian dihadapan orang-orang yang senantiasa menghina kaummu.


Setelah aku banyak membaca perasaan kaumku saat belum dikaruniai darah dagingnya, kaumku dengan enaknya menyalahkan kaummu. Kaumku tanpa ijin dari kaummu menikah lagi untuk menenangkan perasaan kaumku, padahal saat itupun perasaan kaummu benar-benar menderita bahkan bisa jadi kekurangan itu berada pada kaumku. Namun kaumku dengan gengsi yang sangat tinggi tidak mau mengakui kekurangan yang bisa saja ada pada diri kaumku.


Setelah aku banyak membaca hati kaumku yang telah mendapatkan dari hasil perjuanganmu yang menahan rasa sakit yang luar biasa disaat-saat darah daging kaumku lahir dari perut kaummu. Dengan mudahnya sebagian besar cinta hati kaumku beralih ke darah daging kaumku sehingga hati kaummu mulai terabaikan oleh kaumku, padahal kaummulah yang jauh lebih berjasa dalam melahirkan hati kebahagiaan kaumku.


Setelah aku banyak membaca surat kabar mengenai kaumku dan kaummu, begitu banyak kaummu yang teraniaya oleh kaumku. Kaummu dicaci maki, ditampar, ditendang, bahkan banyak dari kaummu yang dibunuh oleh kaumku, padahal pengorbanan yang telah kaummu lakukan pada kaumku begitu besar. Namun kaumku dengan so’ berkuasanya memaparkan pengorbanannya yang tidak seberapa banyak dibanding pengorbanan kaummu pada kaumku.


Setelah aku banyak membaca kaumku yang menikahi banyak kaummu, aku melihat mereka merasa diri suci mengikuti sunnah nabiku. Padahal nabiku menikahi kaummu semata-mata hanya untuk menolong kaummu yang sudah tua, menderita dan sengsara yang tidak mungkin kaumku mau menikahinya. Kaumku saat ini banyak menikahi lebih dari satu dari kaummu yang semata-mata hanya karena kecantikan dari kaummu.


Setelah aku banyak membaca masa di kehidupan nanti bahwa kaummu di neraka nampak lebih banyak dibandingkan kaumku. Kaumku dengan sombongnya menganggap diri lebih suci dibandingkan kaummu. Padahal bisa saja di surgapun kaummu jauh lebih banyak dibandingkan kaumku karena berdasarkan logikaku, saat ini kaummu yang hidup didunia jauh lebih banyak dibandingkan kaumku.


Setelah aku banyak membaca agamaku mengenai kaummu, ternyata kedudukanmu begitu dimuliakan oleh agamaku. Agamaku mengharuskan kaumku menghormati dan menyayangi kaummu yang telah melahirkan kaumku dan kaummu. Agamaku menempatkan kaummu sebagai tiang negara kaumku dan kaummu. Do’a dari kaummu sangat didengar oleh Tuhanku saat kaummu mendoakan kaumku dan kaummu yang telah lahir dari kaummu. Kaummu diakhirat kelak bisa menarik kaumku dari dalam surga ke dalam neraka dan bisa juga menarik kaumku dari dalam neraka ke dalam surga. Ternyata kaummu begitu mulianya di pandangan agamaku.


Setelah aku banyak merenungi semua mengenai kaumku dan kaummu. Aku semakin merasa malu atas tindakan so’ jago, so’ berwibawa, so’ berjasa, so’ pintar, so’ suci, so’ pahlawan dan so’so’ lainnya dari kaumku terhadap kaummu. Sebagai rasa penebus maluku pada kaummu, aku berjanji akan senantiasa membimbing, menyayangi, mencintai, melindungi, menghormati, dan mencurahkan cintaku padamu istriku.


Maafkan aku istriku jika pengorbananku pada dirimu masih tetap jauh di bawah pengorbananmu pada diriku. Namun aku akan terus berusaha sepenuh hatiku agar pengorbananku setara dengan pengorbananmu. Aku sungguh sangat mencintaimu istriku.


(Gantira- Wollongong Australia)

Senin, 13 Maret 2006

“Mencintaimu”


Dulu…
Saat aku mau menikahimu
Aku merasa ada keraguan pada diriku
Aku merasa bimbang dalam meminangmu
Aku merasa tidak mencintaimu
Aku merasa ibumu telah memaksaku
Aku merasa dirimu bukan calon istri idealku
Aku merasa banyak gadis yang jauh lebih baik darimu
.
Sekarang…
Setelah aku menikahimu
Aku sungguh sangat mencintaimu
Aku merasakan kebahagiaan yang tak pernah kubayangkan
Aku sungguh bersyukur dirimu adalah pilihanku
Aku sangat senang karena aku mengambil keputusan tuk menikahimu
.
Saat dalam tidurku…
Aku sering bermimpi akan meminangmu dengan sepenuh hatiku
Aku sering bermimpi akan manikahimu dengan sepenuh cintaku
Aku ingin cepat pelaksanaan akad itu berlangsung dengan cepat
Karena aku tidak ingin kegagalan dalam pernikahan dengan orang yang sangat kucintai
Aku bermimpi pada saat pernikahan kita terasa syahdu dan sungguh indah dalam hidupku
.
Sayangku…
Seandainya waktu boleh terulang
Maka saat pernikahan kita
Cintaku padamu akan setinggi gunung
Bahkan jauh lebih tinggi lagi sayangku
.
Maafkan aku..
Jika saat pernikahan dulu hatiku tidak mencintaimu
Namun ketahuilah saat ini aku begitu sangat menyayangimu
Aku begitu rindu, sayang dan benar-benar cinta padamu bidadariku
Saat menulis goresan hatiku ini
Aku menangis antara kesedihan dan kebahagiaan
Karena hatiku takut kehilanganmu
Karena hatiku sangat mencintaimu
Dirimu benar-benar belahan jiwaku
Yang telah membuat jiwaku sempurna
.
Dirimu bagaikan intan yang dulu kusangka sebagai batu kali
Terima kasih sayangku atas takdir hidupmu jadi milikku


(Gantira, Jakarta)